Posted by : Unknown Sabtu, 24 Agustus 2013


A. MAGMA

 Magma adalah cairan atau larutan silikat pejar yang terbentuk secara alamiah, bersifat mudah bergerak (mobile), bersuhu antara 90°-110°C dan berasal atau terbentuk pada kerak bumi bagian bawah hingga selubung bagian atas (F.F Grounts,1947; Turner&Verhoogen,1960; H.Williams,1962). Secara fisika, magma merupakan sistem berkomponen ganda (multi componen system) dengan fase cair dan sejumlah kristal yang mengapung di dalamnya sebagai komponen utama, dan pada keadaan tertentu juga berfase gas.
Para ahli berpendapat bahwa panas bumi berasal dari proses “pembusukan” material-material radioaktif yang kemudian meluruh atau mengalami disintegrasi menjadi unsur radioaktif dengan komposisi yang lebih stabil dan pada saat meluruh akan mengeluarkan sejumlah energi (panas) yang kemudian akan melelehkan batuan-batuan disekitarnya. Dimungkinkan, dari proses tersebut dan pengaruhnya terhadap gradien geothermal yang mencapai 193.600°C inilah magma dapat terbentuk.
Pembentukan magma sebenarnya adalah suatu proses yang sangat rumit. Proses-proses ini berlangsung tahap demi tahap yang kemudian membentuk sebuah rangkaian khusus yang meliputi proses pemisahan atau differentiation, pencampuran atau assimilation, dan anateksis atau peleburan batuan pada kedalaman yang sangat besar. Sementara itu, faktor atau hal-hal yang selanjutnya akan menentukan komposisi suatu magma adalah bahan-bahan yang meleleh, derajat fraksinasi, dan jumlah material-material pengotor dalam magma oleh batuan samping (parent rock).
 1. PROSES PEMBENTUKAN MAGMA
Magma dalam kerak bumi dapat terbentuk sebagai akibat dari perbenturan antara 2 (dua) lempeng litosfir, dimana salah satu dari lempeng yang berinteraksi itu menunjam dan menyusup kedalam astenosfir. Sebagai akibat dari gesekan yang berlangsung antara kedua lempeng litosfir tersebut, maka akan terjadi peningkatan suhu dan tekanan, ditambah dengan penambahan air berasal dari sedimen-sedimen samudra akan disusul oleh proses peleburan sebagian dari litosfir (gambar berikut):
Gambar 1. Proses terjadinya magma
Sumber magma yang terjadi sebagai akibat dari peleburan tersebut akan menghasilkan magma yang bersusunan asam (kandungan unsur SiO2 lebih besar dari 55%). Magma yang bersusunan basa, adalah magma yang terjadi dan bersumber dari astenosfir. Magma seperti itu terdapat di daerah-daerah yang mengalami gejala regangan yang dilanjutkan dengan pemisahan litosfir. Syarat-syarat yang dibutuhkan bagi suatu proses pembentukan magma (Ringwood,1975) adalah :
a. Bahan kerak dimana lelehan bahan kerak (magma anateknik) apabila sempurna akan membentuk magma sinteksis, jika prosesnya tidak sempurna maka hanya akan terbentuk neomorfis saja.
b. Bahan selubung di mana dalam laporan ini terdapat basal peridotit dengan perbandingan 1:3.
c. Sedimen cekungan.
Magma pada perjalanannya dapat mengalami perubahan atau disebut dengan evolusi magma. Proses perubahan ini menyebabkan magma berubah menjadi magma yang bersifat lain oleh proses-proses sebagai berikut :
a. Hibridasi : proses pembentukan magma baru karena pencampuran 2 magma yang berlainan jenis.
b. Sintetis : Pembentukan magma baru karena adanya proses asimmilasi dengan batuan samping.
c. Anateksis : proses pembentukan magma dari peleburan batu-batuan pada kedalaman yang sangat besar.
Dan dari proses-proses diatas, magma akan berubah sifatnya, dari yang awalnya bersifat homogen pada akhirnya akan menjadi suatu tubuh batuan beku yang bervariasi.

Diferensiasi magma (Magma Differentiation)
Diferensiasi magma adalah suatu tahapan pemisahan atau pengelompokan magma dimana material-material yang memiliki kesamaan sifat fisika maupun kimia akan mengelompok dan membentuk suatu kumpulan mineral tersendiri yang nantinya akan mengubah komposisi magma sesuai penggolongannya berdasarkan kandungan magma. Proses ini dipengaruhi banyak hal. Tekanan, suhu, kandungan gas serta komposisi kimia magma itu sendiri dan kehadiran pencampuran magma lain atau batuan lain juga mempengaruhi proses diferensiasi magma ini. Secara umum, proses diferensiasi magma terbagi menjadi :
a. Fraksinasi (Fractional Crystallization)
Proses ini merupakan suatu proses pemisahan kristal-kristal dari larutan magma karena proses kristalisasi perjalan tidak seimbang atau kristal-kristal tersebut pada saat pendinginan tidak dapat mengubah perkembangan. Komposisi larutan magma yang baru ini terjadi sebagai akibat dari adanya perubahan temperatur dan tekanan yang mencolok serta tiba-tiba.
b. Crystal Settling/gravitational settling
Proses ini meliputi pengendapan kristal oleh gravitasi dari kristal-kristal berat yang mengandung unsur Ca, Mg, Fe yang akan memperluas magma pada bagian dasar magma chamber. Disini, mineral-mineral silikat berat akan berada di bawah. Akibat dari pengendapan ini, akan terbentuk suatu lapisan magma yang nantinya akan menjadi tekstur kumulat atau tekstur berlapis pada batuan beku.
c. Liquid Immisbility
Larutan magma yang memiliki suhu rendah akan pecah menjadi larutan yang masing-masing akan membentuk suatu bahan yang heterogen.
d. Crystal Flotation
Pengembangan kristal ringan dari sodium dan potassium akan naik ke bagian atas magma karena memiliki densitas yang lebih rendah dari larutan kemudian akan mengambang dan membentuk lapisan pada bagian atas magma.
e. Vesiculation
Vesiculation merupakan suatu proses dimana magma yang mengandung komponen seperti CO2, SO2, S2, Cl2, dan H2O sewaktu-waktu naik ke permukaan sebagai gelembung-gelembung gas dan membawa komponen-komponen sodium (Na) dan potassium (K).
f. Asimilasi magma
Proses ini dapat terjadi pada saat terdapat material asing dalam tubuh magma seperti adanya batuan disekitar magma yang kemudian bercampur, meleleh dan bereaksi dengan magma induk dan kemudian akan mengubah komposisi magma.


Seri Reaksi Bowen
Pada proses pendinginan magma, sebenarnya pada magma tidak langsung semuanya membeku, tetap secara perlahan dan bertahap mengalami penurunan suhu, bahkan pada kasus-kasus tertentu mungkin cepat. Penurunan temperature ini disertai mulai pembentukan dan pengembangan mineral-mineral yang diakibatkan penurunan suhu pada tubuh magma. Teori ini lebih dikenal dengan Teori Bowen.





B. GUNUNG API
Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus.
Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung berapi yang aktif mungkin berubah menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum akhirnya menjadi tidak aktif atau mati. Bagaimanapun gunung berapi mampu istirahat dalam waktu 610 tahun sebelum berubah menjadi aktif kembali. Oleh itu, sulit untuk menentukan keadaan sebenarnya dari suatu gunung berapi itu, apakah gunung berapi itu berada dalam keadaan istirahat atau telah mati.
 Pembentukan Gunungapi
Gunung api terbentuk pada empat busur, yaitu busur tengah benua yang terbentuk akibat pemekaran kerak benua, busur tepi benua yang terbentuk akibat penunjaman kerak samudara ke kerak benua, busur tengah samudera yang terjadi akibat pemekaran kerak samudera, dan busur dasar samudera yang terjadi akibat terobosan magma basa pada penipisan kerak samudera.


Klasifikasi Gunungapi
Gunungapi di dunia diklasifikasikan menjadi beberapa, yaitu :
1.   Berdasarkan bentuknya
a.   Gunung Api Perisai
Berbentuk kerucut dengan lereng landai dan aliran lava panas dari saluran tengah. Daerah persebaran magma luas serta proses pendinginan dan pembekuannya pelan. Frekuensi letusan umumnya sedang dan pelan dengan jumlah cairan lava cair yang banyak.
b.  Gunung Api Kubah
Gunung ini berbentuk kerucut cembung (konvek) dengan lereng curam. Aliran lava yang kental dari saluran pusat mengakibatkan aliran lava lambat dan membentuk lapisan yang tebal. Proses pendinginan dan pembekuan lava cepat. Banyak lava yang membeku di saluran, akibatnya saluran menjadi tertutup. Letusan yang sangat keras dapat terjadi akibat tekanan dari dalam Bumi yang tersumbat. Seluruh bagian puncak gunung api pun dapat hancur dan lenyap seketika.
c. Gunung Api Strato
Gunung ini mempunyai bentuk kerucut berlereng curam dan luas yang terdiri atas banyak lapisan lava yang terbentuk dari aliran lava yang berulang-ulang. Lava dapat mengalir melalui sisi kerucut. Sifat letusan keras.
 
2.  Berdasarkan tipe letusannya
a.   Tipe Merapi
b.  Tipe Hawai
c.   Tipe Peele
d.  Tipe Peret
e.   Tipe Stromboli
f.   Tipe St. Vincent



  
C. GEMPA
Gempa dapat diartikan sebagai bergetarnya lapisan litosfer dan permukaan bumi karena sebab-sebab tertentu. Kekuatan getaran gempa diukur oleh alat yang disebut Seismometer atau lebih dikenal dengan Seismograf, sedangkan kertas yang berisi rekaman frekuensi dan intensitas gempa dinamakan Seismogram. Cabang ilmu kebumian yang secara khusus mempelajari  kegempaan dinamakan Seismologi. 

Klasifikasi Gempa
Gempa dapat digolongkan menjadi beberapa kategori. Menurut proses terjadinya, gempa bumi diklasifikasikan menjadi seperti berikut :
1.   Gempa tektonik: terjadi akibat tumbukan lempeng-lempeng di litosfer kulit bumi oleh tenaga tektonik. Tumbukan ini akan menghasilkan getaran. Getaran ini yang merambat sampai ke permukaan bumi.

2.  Gempa vulkanik: terjadi akibat aktivitas gunung api. Oleh karena itu, gempa ini hanya dapat dirasakan di sekitar gunung api menjelang letusan, pada saat letusan, dan beberapa saat setelah letusan.
3. Gempa runtuhan atau longsoran: terjadi akibat daerah kosong di bawah lahan mengalami runtuh. Getaran yang dihasilkan akibat runtuhnya lahan hanya dirasakan di sekitar daerah yang runtuh.

Menurut bentuk episentrumnya, ada dua jenis gempa, yaitu
1.   Gempa sentral: episentrumnya berbentuk titik.
2.  Gempa linear: episentrumnya berbentuk garis.

Menurut kedalaman hiposentrumnya, ada tiga jenis gempa:
1.   Gempa bumi dalam: kedalaman hiposenter lebih dari 300 km di bawah permukaan bumi.
2.  Gempa bumi menengah: kedalaman hiposenter berada antara 60-300 km di bawah permukaan bumi.
3.  Gempa bumi dangkal: kedalaman hiposenter kurang dari 60 km.

Menurut jaraknya, ada tiga jenis gempa :
1.   Gempa sangat jauh: jarak episentrum lebih dari 10.000 km.
2.  Gempa jauh: jarak episentrum sekitar 10.000 km.
3.  Gempa lokal: jarak episentrum kurang 10.000 km.

Menurut lokasinya, ada dua jenis gempa.
1.   Gempa daratan: episentrumnya di daratan.
2.  Gempa lautan: episentrumnya di dasar laut. Gempa jenis inilah yang menimbulkan tsunami.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © geologi tambang - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -