Tipe Erupsi Gunung Berapi

             Tipe-tipe erupsi gunung berapi sebenarnya sudah dibahas dalam topik Magma, Kegunungapian, dan Kegempaan, namun kali ini akan diperjelas lagi dan dihubungkan dengan aktifitas beberapa gunungapi yang sedang aktif akhir-akhir ini. Dalam 2 bulan terakhir ini, sudah 2 buah gunung yang meletus di Indonesia, yaitu gunung Sinabung di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara dan Gunung Kelud di Kediri, Jawa Timur. Selain itu, gunungapi lainnya juga menunjukkan peningkatan aktifitas walaupun masih dalam status siaga. Namun kita juga harus tetap terus waspada dengan berbagai aktifitas gunungapi yang kapan saja dapat meletus.
             Tipe-tipe erupsi gunungapi berikut ini dibedakan berdasarkan tinggi rendahnya derajat fragmentasi dan luasnya, juga kuat lemahnya letusan serta tinggi tiang asap, maka erupsi gunungapi dibagi menjadi beberapa tipe erupsi, yaitu : 
(1) Tipe Hawaiian,yaitu erupsi eksplosif dari magma basaltic atau mendekati basalt, umumnya berupa semburanlava pijar, dan sering diikuti  leleran lava secara simultan, terjadi pada celah atau kepundan sederhana; 
(2) Tipe Strombolian, erupsinya hampir sama dengan Hawaiian berupa semburan lava pijar dari magma yang dangkal, umumnya terjadi pada gunungapi sering aktif di tepi benua atau di tengah benua; 
(3) Tipe Plinian, merupakan erupsi yang sangat ekslposif dari magma berviskositas tinggi atau magma asam, komposisi magma bersifat andesitik sampai riolitik. Material yang dierupsikan berupa batuapung dalam jumlah besar; 
(4) Tipe Sub Plinian, erupsi eksplosif dari magma asam/riolitik dari gunungapi strato, tahap erupsi efusifnya menghasilkankubah lava riolitik. Erupsi subplinian dapat  menghasilkan pembentukan ignimbrit; 
(5) Tipe Ultra Plinian, erupsi sangat eksplosif menghasilkan endapan batuapung lebih banyak dan luas dari Plinian biasa;
(6) Tipe Vulkanian, erupsi magmatis berkomposisi andesit basaltic sampai dasit, umumnya melontarkan bom-bom vulkanik atau bongkahan di sekitar kawah dan sering disertai bom kerak-roti atau permukaannya retak-retak. Material yang dierupsikan tidak melulu berasal dari magma tetapi bercampur dengan batuan samping berupa litik; 
(7) Tipe Surtseyan dan Tipe Freatoplinian, kedua  tipe tersebut merupakan erupsi yang terjadi pada pulau gunungapi, gunungapi bawah laut atau gunungapi yang berdanau kawah. Surtseyan merupakan erupsi interaksi antara magma basaltic dengan air permukaan atau bawah permukaan, letusannya disebut freatomagmatik. Freatoplinian kejadiannya sama dengan Surtseyan, tetapi magma yang berinteraksi dengan air berkomposisi riolitik. (Pengenalan Gunungapi, Vulcanological Survey of Indonesia, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral)
                Selain tipe-tipe erupsi di atas, erupsi gunungapi juga dapat dibedakan berdasarkan kedalaman dapur magma, kekentalan magma, dan kekuatan gas yang dilontarkan, yang terdiri dari beberpa jenis sebagai berikut :
a.   Tipe Merapi
b.  Tipe Hawai
c.   Tipe Peele
d.  Tipe Peret
e.   Tipe Stromboli
f.   Tipe St. Vincent
- See more at: http://geologitambangsmk.blogspot.com/2013/08/magma-kegunungapian-dan-kegempaan.html#sthash.KZY0ueVC.dpuf
 a. Tipe St. Vincent, yang dicirikan dengan adanya danau pada kawah gunung, sehingga ketika terjadi letusan air di kawah akan ikut tumpah dan mengeluarkan lahar panas yang berbahaya. Tekanan gas yang dikeluarkan bertekanan sedang dan lava yang dikeluarkan agak kental. Tipe erupsi jenis ini terjadi pada gunung Kelud, dengan erupsi yang mengeluarkan material sangat banyak dan abu vulkanik yang terdorong cukup tinggi.
b. Tipe Plinian (Perret), yang dicirikan dengan letusan yang yang dahsyat dan merusak lingkungan di sekitarnya. Selain itu, erupsi tipe ini juga menghasilkan tekanan gas yang sangat kuat dan lava yang cair. Karena dahsyatnya letusan, material gunung api dapat terlontar puluhan kilometer dari gunung. Gunungapi dengan tipe erupsi ini adalah gunung Krakatau.
c. Tipe Pelee, yang dicirikan dengan adanya sumbat berbentuk jarum di ujung kawah yang menyebabkan semakin besarnya tekanan dari dalam gunung. Sumbat inilah yang menyebabkan terjadinya letusan pada gunungapi tipe ini.
d. Tipe Merapi, yang dicirikan dengan letak dapur magma yang dangkal yang menghasilkan erupsi dengan lava kental. Lava ini akan keluar menembus sumbat lava pada mulut kawah, selain itu erupsi tipe ini juga mengeluarkan awan panas yang menyebar di sekitar gunung sebagai penanda bahwa gunung ini sedang meletus. Gunung Merapi termasuk dalam tipe ini.
e. Tipe Vulkano, yang dicirikan dengan keluarnya material padat (lapili, bom, abu) serta bahan-bahan padat dan cair (lava) ketika terjadi letusan. Erupsi tipe ini menghasilkan tekanan gas bertekanan sedang dan pada saat terjadi letusan akan menghasilkan awan debu. Gunungapi tipe ini contohnya adalah gunung Semeru.
f. Tipe Stromboli, yang dicirikan dengan letak dapur magma yang dangkal dan interval letusannya teratur dan relatif bersamaan, gunungapi tipe ini adalah Gunung Raung.
g. Tipe Hawaii, banyak terdapat di daerah Hawaii, dicirikan dengan letak dapur magma yang sangat dangkal dan mengalirkan lava yang cair sehingga dapat mengalir ke segala arah. Contoh gunungapi tipe ini adalah gunung Maona Lea.
 Sumber :
http://www.anneahira.com/tipe-letusan-gunung-api.htm
Pengenalan Gunungapi, Vulcanological Survey of Indonesia, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral

Magma, Kegunungapian, dan Kegempaan
Magma, Kegunungapian, dan Kegempaan

Lahar Dingin

            Setelah erupsi gunung api berakhir dan mulai mereda, ada beberapa hal yang perlu kita khawatirkan berbagai kejadian yang mungkin terjadi di sekitar gunung api. Salah satunya terjadinya aliran banjir lahar dingin. Erupsi gunung api yang membawa material berupa pasir, kerikil dan debu kapan saja akan mudah menyebabkan terjadinya lahar dingin jika hujan turun. Banjir lahar dingin memang tidak terlalu berbahaya seperti lahar panas, namun jika jumlah material yang terbawa sangat banyak akan sangat berbahaya jika sampai ke wilayah berpenduduk. Erupsi gunung Merapi yang terjadi di Yogyakarta pada tahun 2010, masih menyimpan potensi banjir lahar dingin hingga sekarang, bahkan pada tanggal 19 Januari 2014, 2 orang tewas akibat banjir lahar dingin sungai Gendol, Dusun Kaliadem, Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, DIY. Banyaknya material hasil erupsi gunung berapi yang tertahan di badan gunung ditambah dengan derasnya hujan akan menjadi ancaman terjadinya aliran lahar dingin.
Aliran lahar dingin yang sangat deras

           Lahar dingin termasuk salah satu jenis banjir, yang terjadi akibat dari aliran air bercampur material erupsi gunung api. Banjir lahar dingin dapat diartikan sebagai aliran material vulkanik yang biasanya berupa campuran batu, pasir dan kerikil akibat adanya aliran air yang terjadi di lereng gunung, biasanya gunung berapi.Selain membawa material yang berukuran kecil, lahar dingin juga bisa membawa batu yang berukuran besar menuruni bukit. Banjir lahar dingin yang membawa material erupsi, menyebabkan pendangkalan sungai sehingga sungai tidak mampu lagi menahan aliran yang berakibat meluapnya banjir ke berbagai tempat bahkan sampai ke wilayah penduduk. Akibat dari pendangkalan sungai ini, air akan mencari daerah yang lebih rendah dengan membawa material vulkanik dan menyebar ke sekitar sungai.
Batu-batu besar yang terbawa aliran lahar dingin

              Terjadinya aliran lahar dingin disebabkan oleh tingginya intensitas curah hujan di daerah lereng gunung berapi. Hujan yang deras serta material gunung berapi yang bercampur dapat mengalir kapan saja jika sungai tempat mengalirnya air dangkal dan tak mampu menahan aliran air. Aliran lahar dingin ini dapat bergerak sangat cepat bahkan bisa sampai beberapa meter perdetik dan dapat mencapai jarak puluhan kilometer. Aliran lahar dingin inilah yang sangat membahayakan penduduk disekitar gunung api disaat hujan turun.
Peta zona daerah rawan aliran lahar dingin di sekitar Gunung Merapi


Batuan Beku


Batuan beku atau sering disebut igneous rocks adalah batuan yang terbentuk dari satu atau beberapa mineral dan terbentuk akibat pembekuan dari magma. Berdasarkan teksturnya batuan beku ini bisa dibedakan lagi menjadi batuan beku plutonik dan vulkanik. Perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari besar mineral penyusun batuannya. Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang relatif lebih lambat sehingga mineral-mineral penyusunnya relatif besar. Contoh batuan beku plutonik ini seperti gabro, diorite, dan granit (yang sering dijadikan hiasan rumah). Sedangkan batuan beku vulkanik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat (misalnya akibat letusan gunung api) sehingga mineral penyusunnya lebih kecil. Contohnya adalah basalt, andesit (yang sering dijadikan pondasi rumah), dan dacite. Selain proses pembekuannya, batuan beku plutonik disebut juga batuan beku dalam atau intrusif, sedangkan batuan beku vulkanik disebut juga batuan beku luar, atau ekstrusif.

Batuan beku diklasifikasikan berdasarkan beberapa kategori, antara lain :

A.Klasfikasi berdasarkan kimiawi

B.Klasifikasi bedasarkan mineralogi

C.Klasifikasi berdasarkan kandungan mineral
Penjelasan dari masing-masing klasifikasi di atas dijelaskan sebagai berikut :
A. Klasfikasi berdasarkan kimiawi
Klasifikasi berdasarkan sifat kimiawinya, batuan beku dibedakan menjadi :
1.Batuan beku asam, bila batuan beku tersebut mengandung lebih 66 % SiO.   Contoh batuan ini : Granit, Rhyolit. 
2.Batuan beku intermediet  (menengah) : bila batuan beku tersebut 52 %-66 % SiO₂. Contoh batuan ini Diorit, andesit. 
3.Batuan beku basa, bila batuan beku tersebut  mengandung 45%-52% SiO₂, contoh batuan ini Gabro dan Basal. 
4.Batuan beku ultra basa, bila batuan beku tersebut  mengandung  < 45 % SiO₂, contoh batuan ini adalah Peredotit dan Dunit.  
 B. Klasifikasi berdasarkan mineralogi
Dasar klasifikasi dari perbandingan indeks warna mineral mafic dan felsic (S.J. Shand, 1943). batuan beku dibedakan menjadi :
1.Leococratic rock, bila batuan beku tersebut mengandung 30% mineral mafic. 
2.Mesocatic  rock, bila batuan beku tersebut mengandung 30%-60% mineral mafic. 
3.Melanokratic rock, bila batuan beku tersebut mengandung 60%-90% mineral mafic. 
4.Hipermelanuc rock, bila batuan beku tersebut mengandung > 90% mineral mafic.
 C. Klasifikasi batuan beku berdasarkan komposisi mineral

Ada tiga kelompok batuan beku menurut W.T. Huang, 1962, yaitu : 
1. Mineral utama (Essential Mineral) 
Merupakan mineral-mineral yang terbentuk langsung dari kristalisasi magma.
Berdasarkan warna / magma dan densitasnya (H. Williams, 1982) dapat
dikelompokkan menjadi :
a) Mineral felsik : antara lain kuarsa, albit, feldspatoid.
b) Mineral mafik : antara lain olivin, piroksin, amphibol.
2. Mineral sekunder (Secondary Mineral) 
Merupakan mineral-mineral tambahan atau mineral ubahan dari mineral utama (hasil
rekristalisasi magma) dapat juga hasil pelapukan, reaksi kimia atau hasil
metamorfisme. Contoh : kalsit, magnesit, siderite, kaolin, serpentine. 
3. Mineral tambahan (Accesory Mineral)
Merupakan mineral-mineral yang terbentuk pada kristalisasi magma, tetapi
kehadirannya adalah dalam jumlah sedikit dan tidak menentukan nama dari sifat
batuan. Contoh : hematite, kromit, muscovite.
  Contoh beberapa batuan beku :

 Diorit

 Obsidian

 Diorit

 Gabro
Untuk mempermudah identifikasi batuan, dapat digunakan tabel identifikasi batuan beku sebagai berikut ini :

  Contoh identifikasi batuan dapat dilihat pada vidio berikut ini :

dan untuk menambah materi, dapat didownload beberapa power point dari struktur dan tekstur batuan beku pada link berikut :
Download Materi Batuan Beku

- Copyright © geologi tambang - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -